Khawatir Rugi, Malah Untung 20 Persen dari Modal
Pada 9 Desember 2009, Kejaksaan Negeri (Kejari) Surabaya memiliki fasilitas anyar berupa kantin. Mereka menyulap garasi menjadi kantin. Tempat yang diresmikan bertepatan dengan peringatan Hari Antikorupsi Sedunia itu tak sekadar sarana untuk makan dan minum. Tapi juga sarana untuk belajar jujur dan tempat bersosialisasi menjauhi korupsi.
AZAN Duhur berkumandang dari pengeras suara Masjid Nurul Iman di kompleks Kantor Kejari Surabaya kemarin siang (4/1). Panggilan salat itu sekaligus bisa menjadi pertanda bahwa jam istirahat kerja telah tiba.
Tidak jauh di sebelah timur masjid di Jalan Raya Sukomanunggal Jaya Nomor 1 tersebut, sebuah warung tampak ramai. Sekumpulan orang terlihat duduk santai di lokasi bekas garasi bus pengangkut tahanan dari Rutan Medaeng ke Pengadilan Negeri Surabaya itu.
Kejari menyebut warung itu sebagai kantin kejujuran. Para jaksa, pegawai kejari, maupun masyarakat yang mengurus denda tilang nimbrung sambil ditemani minuman ringan di meja panjang yang mengelilingi kantin berukuran 4 x 5 meter tersebut.
Di antara mereka, ada yang mengambil gorengan dalam wadah tertutup transparan. Setelah mengambil makanan, mereka memasukkan uang ke sebuah wadah menyerupai tempat tisu panjang bertulisan kotak uang.
Secara umum, kantin dengan aksen warna-warni itu tidak beda dengan kantin kejujuran lainnya. Namun, bila dicermati, kantin yang beratap seng asbes tersebut terkesan beda. Banyaknya poster atau tempelan dan spanduk yang dipasang memutar di dinding kantin membuat suasana kantin terasa hidup. Berbagai tulisan dari bahan vinil sengaja dibuat mencolok. Di antaranya “Minum di Sini? Baca Dulu Aturan Mainnya” yang terletak di dekat akses masuk kantin.
Di sebelahnya, berurutan tulisan dipasang. Yakni “1) Ambil Makanannya atau Minumannya.” “2) Masukkan Uang Anda di Kotak Uang, dan Kalau Ada Kembalian… Ambil Sendiri Kembaliannya.” “3) Selamat Menikmati.” Tulisan lain berbunyi “Bayar Kurang? … Jangan!!! Bayar Pas? Bijaksana. Bayar Lebih? Amal”.
Di sudut yang berbeda, terpampang lagi tulisan “Belajar Tidak Korupsi Mulai dari Kantin Ini.” Tak jauh dari tulisan itu, ada tulisan berbunyi “Harga di Kantin Ini Jauh Lebih Murah Jika Dibandingkan dengan Kejujuran Anda.” Selain aneka poster, untuk menambah aroma kejujuran, makanan yang dijual ditambahi label jujur. Misalnya bakwan kejujuran, lumpia kejujuran, dan roti kejujuran.
Menurut Dedi Irvam Virantama, penanggung jawab kantin kejujuran di kejari, banyaknya poster yang dipasang merupakan sarana edukasi. “Dengan membaca aturan mainnya, kami harap para pembeli yang masuk kantin kejujuran ini mengetahui pentingnya arti kejujuran,” tutur Dedi kemarin.
Selama hampir sebulan beroperasi, ungkap pria yang menjabat kepala Seksi Intelijen Kejari Surabaya itu, jumlah uang yang terkumpul di kotak uang kerap kali lebih banyak. Jadi, menurut bapak lima anak tersebut, mungkin banyak pembeli yang beramal.
Dengan modal sekitar Rp 5 juta, kantin kejujuran sampai minggu keempat mendapatkan untung yang lumayan besar. Yakni berkisar 20 persen dari modal. “Keuntungannya untuk tambahan stok makanan dan minuman. Juga untuk tenaga kebersihan dan pengecek stok barang,” jelas Dedi.
Semula Dedi khawatir kantin kejujuran kejari merugi. Penyebabnya, kantin yang berdekatan dengan ruang tahanan itu sering didatangi keluarga pembesuk tahanan.
Bahkan, pihaknya berencana memasang CCTV untuk memonitor keamanan kantin agar tidak sampai merugi. Nyatanya, kekhawatiran tersebut tidak terbukti. “Pembesuk sepertinya banyak belajar. Intinya, jangan sampai mengulangi kesalahan serupa,” ujarnya. (*)
Sumber : Jawapos